Aksi-Aksi Tritura: Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)
Aksi-Aksi Tritura
Akibat terjadinya peristiwa G30S PKI menimbulkan kemarahan di kalangan para tentara (ABRI) yang menganggap bahwa PKI sebagai dalang dari peristiwa tersebut.
Pada tanggal 25 oktober 1965, Syarif Thayeb yang merupakan menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) sebagai pendorong lahirnya Kesatuan Aksi Mahasiswa dan Pelajar, yaitu untuk menentang adanya G30S PKI dan untuk membubarkan PKI. Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pun lahir karena kepedulian para mahasiswa terhadap kondisi negara Indonesia yang sedang tidak stabil. KAMI yang dipimpin oleh Cosmos batubara, Zamroni, David napitupulu, Elyas, dan Mar'ie muhammad menggandeng KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia) yang kemudian membentuk sebuah barisan bernama Font Pancasila.
Selain karena Krisis Politik Indonesia, Aksi Mahasiswa juga disebabkan oleh terjadinya Krisis Ekonomi yang melanda Indonesia pada awal tahun 1966 yang menyebabkan kenaikan harga bensin yang semula Rp. 4,00 menjadi Rp 25,00/liter dan kenaikan harga kebutuhan pokok, serta adanya kebijakan devaluasi (penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri) yang membuat rakyat semakin sengsara.
Pada tanggal 8 Januari 1966 merupakan demonstrasi Gerakan Mahasiswa pertama, yang terjadi di Gedung Sekretariat Negara.
Demonstrasi atau Aksi Tritura tersebut menyuarakan tuntutan sebagai berikut:
a. Untuk membubarkan PKI beserta ormas-ormasnya.
b. Melakukan pembersihan kabinet dari unsur-unsur PKI.
c. Menurunkan harga-harga kebutuhan pokok atau perbaikan ekonomi.
Pada tanggal 12 januari 1966 kembali terjadi demonstrasi yang dipelopori oleh KAMI dan KAPPI di Depan Gedung DPRD-GR, yaitu untuk segera melaksanakan tuntutan yang terkandung dalam Aksi Tritura. Demonstrasi tersebut kemudian menimbulkan munculnya 2 kelompok yang saling bertentangan yakni kelompok Pro-pemerintah dan kelompok anti pemerintah.
Presiden Soekarno sangat bereaksi keras terhadap adanya aksi para demonstrasi mahasiswa tersebut. Hingga pada tanggal 24 februari 1966 Arief Rahman Hakim yang merupakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ditembak saat melakukan aksi demonstrasi di depan Istana Negara. Dan kemudian pada tanggal 25 februari 1966 KAMI dibubarkan oleh Presiden Soekarno.
Namun pembubaran KAMI tidak begitu saja mengakhiri gerakan mahasiswa tersebut. Hingga pada tanggal 8 maret 1966 para Pelajar dan Mahasiswa kembali melakukan demonstrasi di Gedung Departemen Luar Negeri dengan membakar kantor berita Tiongkok, Hsin Hua.
Setelah presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah sebelas maret (supersemar) kemudian berbagai aksi demonstrasi mahasiswa mulai mereda. Dan gerakan para mahasiswa tersebut kemudian dikenal dengan nama angkatan 66.
Sumber gambar: Pixabay